Kinerja dan target kerja sebuah lembaga tidak akan berjalan maksimal jika tidak ada konsolidasi dan koordinasi yang baik. Untuk memastikan kinerja Kementerian dan Disnaker, baik di pusat maupun di daerah tetap berjalan dengan optimal selama bulan puasa, Menaker mengagendakan ‘Safari Ramadhan’ sebagai langkah konsolidasi, koordinasi, dan silaturahmi.
Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Bulan yang memberikan banyak
pahala bagi siapa saja yang mau mengoptimalkanya untuk terus bekerja dan
berkarya. Selama bulan Ramadhan 1436 Hijriyah, Menteri Ketenagakerjaan RI
(Menaker) M. Hanif Dhakiri ‘berjihad’ melakukan kunjungan kerja ke daerah.
Kunjungan kerja ini dikemas dalam agenda ‘Safari Ramadhan Menteri
Ketenagakerjaan’. Safari ramadhan digunakan Menaker sebagai upaya mempererat
tali silaturahmi, koordinasi, serta konsolidasi dengan pemerintah daerah maupun
Disnaker daerah.
Safari Ramadhan merupakan momen silaturahmi antar sesama muslim di
bulan Ramadhan. Silaturahmi sendiri memiliki banyak faedah. Selain bisa mempererat
tali persaudaraan, menambah saudara, dan melapangkan rezeki, silaturahmi dapat
memperpanjang umur. Dalam salah satu sunah, Rasulullah saw. bersabda: “Barang
siapa ingin dilapangkan rezekinya dan diperpanjang umurnya, maka hendaklah ia
menyambung silaturahmi”. (HR. Bukhori). Oleh karena itu, dalam konteks
menjalankan roda pemerintahan, Kementerian Ketenagakerjaan mengadakan safari Ramadhan.
Dengan harapan, safari Ramadhan tersebut bisa mempererat tali silaturahmi
antara pemerintah dengan perusahaan/pengusaha, pemerintah dengan
pekerja/masyarakat, serta perusahaan/pengusaha dengan pekerja/masyarakat.
Adapun acara Safari Ramadhan Menaker pada bulan Ramadhan 1436
Hijriyah terdiri dari 17 kegiatan yang dimulai sejak pertengahan bulan Juni
hingga minggu ke-3 bulan Juli. Kegiatan-kegiatan ini dimulai dari pra-Ramadhan,
dimana tanggal 15 Juni 2015 diadakan Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw.
dan Penyambutan Bulan Suci Ramadhan, dan diakhiri dengan halalbihalal Keluarga
Besar Kementerian Ketenagakerjaan RI (Kemenaker).
Bentuk Safari Ramadhan Menaker tahun ini ada yang dilakukan di
Kantor Kemenaker dan ada yang dilakukan di luar Kantor Kemenaker. Ada 3
kegiatan yang dilakukan di Kantor Kemenaker, yaitu Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad saw., buka puasa di Kantor (7/7), dan terakhir halalbihalal dengan
segenap staf dan karyawan Kementerian Ketenagakerjaan. Sedangkan 14 kegiatan
sisanya dilakukan di luar kantor. Meliputi kunjungan kerja ke Balai Latihan
Kerja (BLK) di daerah, kunjungan ke Disnaker daerah, kunjungan ke beberapa
perusahaan, serta sosialisasi program dan kebijakan kepada masyarakat.
Bulan Ramadhan Momen Untuk Tingkatkan Produktifitas
Fenomena penuruan etos kerja selalu muncul
setiap bulan puasa datang. Berkurangnya porsi makan dan minum saat puasa
menjadi alasan utama bagi kebanyakan orang untuk “menghemat tenaga”. Padahal,di
bulan puasa seseorang dianjurkan untuk tetap produktif, agar kesuksesan dunia
dan akhirat bisa tercapai.
Bulan puasa dikenal juga dengan bulan
Ramadhan. Ramadhan secara bahasa artinya panas yang membakar. Disebut demikian
karena pada bulan Ramadhan, dosa-dosa dan kesalahan yang dilakukan pada
bulan-bulan sebelumnya akan dibakar habis. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw.
bersabda: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan semata-mata karena keimanan
serta mengharap rahmat dan pahala dari Allah, maka dosa-dosa yang dilakukan (di
bulan-bulan) sebelumnya akan diampuni oleh Allah.” (HR. Bukhari).
Selain bulan pembakar dosa, Ramadhan juga
bisa dimaknai sebagai pembakar spirit dan semangat juang dalam ketaatan kepada
Allah Swt. Dalam sirah (biografi)
Rasulullah saw., perang Badar, perang yang dilakukan pada tahun kedua hijrah,
terjadi pada saat bulan Ramadhan. Inilah perjuangan pertama mengangkat senjata
yang dilakukan oleh kaum Muslimin melawan kaum Quraisy Mekah yang menindas
mereka, sehingga mereka harus berhijrah ke Medinah, meninggalkan tanah airnya.
Perang Badar yang terjadi di bulan
Ramadhan ini memberikan pesan perjuangan yang luar biasa. Baik itu perjuangan
fisik maupun mental. Karena saat perang badar, Kaum Muslimin selain berperang
juga harus berpuasa. Namun, Kaum muslimin ketika itu mampu melewatinya dan meraih
kemenangan gemilang di bulan Ramadhan, meskipun dilakukan dalam kondisi menahan
lapar dan dahaga saat berpuasa. Oleh karena itu, Ramadhan merupakan bulan
perjuangan. Bulan untuk berjuang di jalan Allah. Berjuang menahan lapar dan
haus, serta berjuang menahan keinginan hawa nafsu yang ingin bebas terumbar. Berjuang
melawan kemalasan, ngantuk, dan loyo. Ramadhan bukan lah waktu untuk
santai-santai, istirahat, dan tanpa aktivitas bermanfaat.
Ulama-ulama telah memberikan contoh
tentang pentingnya puasa sebagai pemompa semangat dalam bekerja. Di luar bulan
Ramadhan, ulama-ulama tetap melakukan ibadah puasa sunah, yang difungsikan
untuk menahan hawa dan nafsu. Dengan dipenjarakanya hawa dan nafsu, mereka
dapat berkarya menciptakan kitab, mengajar, dan berdakwah. Dengan berpuasa,
para ulama tetap fokus dalam mengemban tugas mereka. Dengan mendasarkan niatan beribadah
kepada Allah, para ulama tetap produktif dan konsisten dengan tanggung jawabnya.
Selain itu, bulan Ramadhan juga memiliki
makna perjuangan yang besar bagi Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan RI, yang
berlangsung pada 17 Agustus 1945, bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364
Hijriyah. Di bulan suci ini lah Indonesia memperoleh kemerdekaanya. Momen
dimana Indonesia menunjukan eksistensinya sebagai negara yang merdeka,
berdaulat, dan bermartabat. Hal ini menunjukan bahwa bulan Ramadhan merupakan
bulan yang baik untuk terus bekerja, berkarya, dan berjuang.
Kemuliaan Niatan Ibadah Dalam Bekerja
Islam memberikan perhatian yang lebih
kepada orang yang mau bekerja keras. Mereka yang dengan gigih bekerja untuk
menafkahi keluarga, untuk pendidikan anak, maupun untuk mencukupi kebutuhan
lain yang diridhai oleh Allah, maka hal tersebut lebih baik tinimbang
orang-orang yang mengandlakan kekayaan hasil warisan, hadiah, meminta-minta
maupun pendapatan melalui passive income lainya. Dalam salah satu
haditsnya, baginda Rasulullah Saw. menjelaskan, “Seseorang yang membawa tambang
lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar, lantas dibawanya ke pasar untuk
dijual kemuadian uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya,
maka itu lebih baik dari seorang yang meminta-minta kepada orang-orang yang
terkadang diberi dan kadang ditolak.” (HR. Mutafaq’alaih).
Agar seseorang – terlebih seorang Muslim –
bisa menjaga ataupun meningkatkan etos kerjanya, ia harus bisa memanfaatkan
waktu sebaik-baiknya. Agama Islam senantiasa mengingatkan kepda pemeluknya
untuk selalu memaksimalkan waktu sebaik-baiknya. Setiap waktu harus diisi
dengan kegiatan-kegiatan yang positif ataupun aktifitas-aktifitas yang mampu
mendekatkan diri kepada Allah. Waktu yang digunakan untuk bersantai-santai
(kecuali untuk istirahat) ataupun waktu yang tidak digunakan untuk kegiatan
sama sekali, akan menjadi celah bagi setan untuk mengganggu dan menggoda manusia.
Godaan untuk tetap menikmati waktu santai, hingga godaan untuk melakukan
perbuatan negatif/dilarang oleh agama.
Dalam surat al-‘Ashr (QS. 103: 1-3), Allah
telah mengingatkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa menggunakan waktu dengan
sebaik-baiknya. Penggunaan waktu yang dimaksud adalah menggunakan waktu untuk
aktitas yang mampu menjaga dan meningkatkan kualitas keimanan, serta digunakan
untuk perbuatan-perbuatan saleh. Sehingga, siapapun yang tidak memanfaatkan
waktu sebaik-baiknya akan menjadi orang yang merugi. Karena, waktu yang sudah
terlewatkan tak akan pernah datang kembali.
Selain itu, waktu hidup di dunia sangatlah
singkat. Waktu yang berjalan di dunia jauh lebih singkat dari pada waktu yang
berlaku di akhirat. Perbandinganya, waktu 1.000 hari di dunia sama dengan waktu
satu hari di akhirat. Dalam surat as-Sajadah (QS. 32:5), Allah swt. berfirman:
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya
dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu”.
Adapun, beberapa tips agar seorang Muslim
bisa memaksimalkan waktu untuk senantiasa beribadah dan beramal saleh adalah:
1.
Niatkan
ibadah dalam setiap bekerja. Menghadirkan Allah dalam setiap aktifitas adalah
sebuah perbuatan yang sangat dianjurkan. Tentunya penyertaan Tuhan tidak hanya
dengan bacaan basmalah belaka, namun lebih dari itu kehadiran-Nya harus
benar-benar ditunjukan saat niatan bekerja akan dimulai. Sebagai ilustrasi,
seorang pekerja yang sedang menjalankan tugasnya dibawah pengawasan supervisor,
akan lebih serius dan optimal dalam bekerja. Ia akan menghindari sekecil apapun
kesalahan, hal ini agar dia bisa mendapat penilaian yang positif dari supervisor.
Begitu halnya ketika menyematkan niat ibadah dalam bekerja. Ia tidak hanya
diawasi oleh supervisor, tapi Allah pun mengwawasinya. Seorang supervisor
dengan segala sifat manusiawinya bisa saja dikelabuhi oleh seorang
pekerja. Bisa saja luput dalam menjalankan fungsi pengawasan. Namun tidak bagi
Allah. Ia lah Maha Mengetahui segala yang dilakukan oleh hamba-Nya, bahkan
sejak ada di dalam benak hati. Ia Maha Melihat dan Ia Maha Mendengar. Oleh
karena itu, dengan niatan ibadah dalam bekerja, seorang pekerja/pegawai bisa
bekerja lebih semangat dan optimal.
2.
Merasa
dalam situasi terdesak/terjepit. Tidak sedikit orang yang bekerja hanya karena
situasi keterdesakan. Terdesak oleh waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang
kian sempit. Terdesak oleh berbagai kebutuhan seperti tagihan, hutang, dan
sebagainya. Bahkan, ada pula yang terdesak oleh usia yang kian berkurang.
Posisi seperti ini bisa saja dikarenakan oleh beberapa hal. Persiapan yang
terlampau lama, ataupun terjebak pada situasi nyaman sehingga mengabaikan
persiapan lainya. Oleh karenanya, sebelum terdesak oleh waktu yang kian sesak,
jadikan lah setiap kondisi menjadi situasi yang mendesak. Ketika seseorang
sudah berada dalam posisi emergency, maka tidak ada alasan baginya untuk
terus bergerak.
Menyisipkan niat ibadah dalam segala
aktifitas tidak akan memunculkan sifat keterpaksaan dalam bekerja. Menyertakan
Allah dalam setiap aktifitas tidak akan menjadikan seseorang berada dalam
posisi tertekan dan terbebani. Justru, dengan meniatkan ibadah dalam bekerja
seseorang bisa bekerja dengan lebih ikhlas dan tenang.
Allah memiliki sifat-sifat yang saling
mengisi satu sama lain. Ketika Allah mengawasi, melihat, dan mendengar segala
aktifitas hamba-Nya, hal tersebut bukan suatu bentuk penekanan. Karena Allah
Maha Pencipta, Ia pun Menunjukan jalan bagi hamba-Nya. Maha Mengingatkan bagi
yang tersesat dan Maha Mengampuni bagi yang berbuat kekhilafan. Dan yang pasti,
Allah Maha Memberi Rezeki untuk hamba-Nya. Sifat Kesabaran Allah sangat besar
dan luas. Semua itu semata-mata adalah bentuk kasih dan sayang Allah kepada
hamba-Nya. Maka dari itu, tak selayaknya seseorang menyianyiakan sifat
kesabaran Tuhan. Karena, usia seseorang bisa saja sudah habis di saat kesabaran
Tuhan belum habis.
Ramadhan adalah bulan yang penuh makna.
Sudah sepantasnya setiap orang mengisi makna-makna di bulan ramadhan dengan
berbagai aktifitas yang positif. Setiap kegiatan di bulan Ramadhan yang
dilakukan dengan dasar ketaatan akan menjadi sebuah pekerjaan dan ibadah yang
tak ternilai maknanya. Dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, pekerjaan di
bulan Ramadhan akan menjadi lebih produktif, sekalipun lapar dan dahaga
menghadang.
Ada beberapa hikmah yang bisa didapatkan
seorang Muslim yang tetap mempertahankan dan meningkatkan produktifitasnya
selama berpuasa. Diantaranya adalah:
1.
Menanamkan
sifat al-mujahadah. Al-mujahadah
bermakna semangat. Salah satu sifat yang disukai oleh Nabi Muhammad saw.
Karena, sifat al-mujahadah akan
senantiasa memelihara rasa al-mutafa’ul (optimis).
Segala kegiatan dan aktifitas akan berjalan dengan baik jika dilakukan dengan
landasan jiwa yang optimistis.
2.
Memanfaatkan
waktu dengan bijak. Allah telah mengingatkan hamba-Nya untuk selalu mengelola
waktu dengan baik. Orang yang tidak memaksimalkan waktu dipastikan akan menjadi
orang yang merugi. Karena, 1 hari di akhirat sama dengan 1.000 hari di dunia.
Artinya bahwa kehidupan di dunia sangat lah singkat. Etos kerja dapat
dipertahankan bahkan dikembangkan melaui pengelolaan waktu yang baik.
3.
Bekerja
jadi lebih giat. Salah satu hal yang mampu menunjang pelaksanaan roda
organisasi/instansi berjalan dengan baik adalah fungsi pengawasan. Jika pada
bulan-bulan biasa di sebuah instansi/kantor hanya diawasi oleh tim pengawas,
maka di bulan puasa, yang mana setiap Muslim belajar untuk meningkatkan
kualitas ketakwaanya akan merasa mendapat pengawasan ganda. Selain diawasi oleh
tim pengawas, para pekerja/karyawan akan merasa diawasi oleh Allah swt. Oleh
karena itu, bekerja di bulan puasa dapat mengasah ketakwaan untuk mewujudkan
sifat amanah dan disiplin dalam bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar