Minggu, 20 September 2015

RAMADHAN DAN MOMENTUM TINGKATKAN PRODUKTIVITAS



Kinerja dan target kerja sebuah lembaga tidak akan berjalan maksimal jika tidak ada konsolidasi dan koordinasi yang baik. Untuk memastikan kinerja Kementerian dan Disnaker, baik di pusat maupun di daerah tetap berjalan dengan optimal selama bulan puasa, Menaker mengagendakan ‘Safari Ramadhan’ sebagai langkah konsolidasi, koordinasi, dan silaturahmi.

 

Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Bulan yang memberikan banyak pahala bagi siapa saja yang mau mengoptimalkanya untuk terus bekerja dan berkarya. Selama bulan Ramadhan 1436 Hijriyah, Menteri Ketenagakerjaan RI (Menaker) M. Hanif Dhakiri ‘berjihad’ melakukan kunjungan kerja ke daerah. Kunjungan kerja ini dikemas dalam agenda ‘Safari Ramadhan Menteri Ketenagakerjaan’. Safari ramadhan digunakan Menaker sebagai upaya mempererat tali silaturahmi, koordinasi, serta konsolidasi dengan pemerintah daerah maupun Disnaker daerah.
Safari Ramadhan merupakan momen silaturahmi antar sesama muslim di bulan Ramadhan. Silaturahmi sendiri memiliki banyak faedah. Selain bisa mempererat tali persaudaraan, menambah saudara, dan melapangkan rezeki, silaturahmi dapat memperpanjang umur. Dalam salah satu sunah, Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan diperpanjang umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi”. (HR. Bukhori). Oleh karena itu, dalam konteks menjalankan roda pemerintahan, Kementerian Ketenagakerjaan mengadakan safari Ramadhan. Dengan harapan, safari Ramadhan tersebut bisa mempererat tali silaturahmi antara pemerintah dengan perusahaan/pengusaha, pemerintah dengan pekerja/masyarakat, serta perusahaan/pengusaha dengan pekerja/masyarakat.
Adapun acara Safari Ramadhan Menaker pada bulan Ramadhan 1436 Hijriyah terdiri dari 17 kegiatan yang dimulai sejak pertengahan bulan Juni hingga minggu ke-3 bulan Juli. Kegiatan-kegiatan ini dimulai dari pra-Ramadhan, dimana tanggal 15 Juni 2015 diadakan Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. dan Penyambutan Bulan Suci Ramadhan, dan diakhiri dengan halalbihalal Keluarga Besar Kementerian Ketenagakerjaan RI (Kemenaker).
Bentuk Safari Ramadhan Menaker tahun ini ada yang dilakukan di Kantor Kemenaker dan ada yang dilakukan di luar Kantor Kemenaker. Ada 3 kegiatan yang dilakukan di Kantor Kemenaker, yaitu Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw., buka puasa di Kantor (7/7), dan terakhir halalbihalal dengan segenap staf dan karyawan Kementerian Ketenagakerjaan. Sedangkan 14 kegiatan sisanya dilakukan di luar kantor. Meliputi kunjungan kerja ke Balai Latihan Kerja (BLK) di daerah, kunjungan ke Disnaker daerah, kunjungan ke beberapa perusahaan, serta sosialisasi program dan kebijakan kepada masyarakat.
Bulan Ramadhan Momen Untuk Tingkatkan Produktifitas
Fenomena penuruan etos kerja selalu muncul setiap bulan puasa datang. Berkurangnya porsi makan dan minum saat puasa menjadi alasan utama bagi kebanyakan orang untuk “menghemat tenaga”. Padahal,di bulan puasa seseorang dianjurkan untuk tetap produktif, agar kesuksesan dunia dan akhirat bisa tercapai.
Bulan puasa dikenal juga dengan bulan Ramadhan. Ramadhan secara bahasa artinya panas yang membakar. Disebut demikian karena pada bulan Ramadhan, dosa-dosa dan kesalahan yang dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya akan dibakar habis. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan semata-mata karena keimanan serta mengharap rahmat dan pahala dari Allah, maka dosa-dosa yang dilakukan (di bulan-bulan) sebelumnya akan diampuni oleh Allah.” (HR. Bukhari).
Selain bulan pembakar dosa, Ramadhan juga bisa dimaknai sebagai pembakar spirit dan semangat juang dalam ketaatan kepada Allah Swt. Dalam sirah (biografi) Rasulullah saw., perang Badar, perang yang dilakukan pada tahun kedua hijrah, terjadi pada saat bulan Ramadhan. Inilah perjuangan pertama mengangkat senjata yang dilakukan oleh kaum Muslimin melawan kaum Quraisy Mekah yang menindas mereka, sehingga mereka harus berhijrah ke Medinah, meninggalkan tanah airnya.
Perang Badar yang terjadi di bulan Ramadhan ini memberikan pesan perjuangan yang luar biasa. Baik itu perjuangan fisik maupun mental. Karena saat perang badar, Kaum Muslimin selain berperang juga harus berpuasa. Namun, Kaum muslimin ketika itu mampu melewatinya dan meraih kemenangan gemilang di bulan Ramadhan, meskipun dilakukan dalam kondisi menahan lapar dan dahaga saat berpuasa. Oleh karena itu, Ramadhan merupakan bulan perjuangan. Bulan untuk berjuang di jalan Allah. Berjuang menahan lapar dan haus, serta berjuang menahan keinginan hawa nafsu yang ingin bebas terumbar. Berjuang melawan kemalasan, ngantuk, dan loyo. Ramadhan bukan lah waktu untuk santai-santai, istirahat, dan tanpa aktivitas bermanfaat.
Ulama-ulama telah memberikan contoh tentang pentingnya puasa sebagai pemompa semangat dalam bekerja. Di luar bulan Ramadhan, ulama-ulama tetap melakukan ibadah puasa sunah, yang difungsikan untuk menahan hawa dan nafsu. Dengan dipenjarakanya hawa dan nafsu, mereka dapat berkarya menciptakan kitab, mengajar, dan berdakwah. Dengan berpuasa, para ulama tetap fokus dalam mengemban tugas mereka. Dengan mendasarkan niatan beribadah kepada Allah, para ulama tetap produktif dan konsisten dengan tanggung jawabnya.
Selain itu, bulan Ramadhan juga memiliki makna perjuangan yang besar bagi Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan RI, yang berlangsung pada 17 Agustus 1945, bertepatan dengan tanggal 9 Ramadhan 1364 Hijriyah. Di bulan suci ini lah Indonesia memperoleh kemerdekaanya. Momen dimana Indonesia menunjukan eksistensinya sebagai negara yang merdeka, berdaulat, dan bermartabat. Hal ini menunjukan bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan yang baik untuk terus bekerja, berkarya, dan berjuang.
Kemuliaan Niatan Ibadah Dalam Bekerja
Islam memberikan perhatian yang lebih kepada orang yang mau bekerja keras. Mereka yang dengan gigih bekerja untuk menafkahi keluarga, untuk pendidikan anak, maupun untuk mencukupi kebutuhan lain yang diridhai oleh Allah, maka hal tersebut lebih baik tinimbang orang-orang yang mengandlakan kekayaan hasil warisan, hadiah, meminta-minta maupun pendapatan melalui passive income lainya. Dalam salah satu haditsnya, baginda Rasulullah Saw. menjelaskan, “Seseorang yang membawa tambang lalu pergi mencari dan mengumpulkan kayu bakar, lantas dibawanya ke pasar untuk dijual kemuadian uangnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan dan nafkah dirinya, maka itu lebih baik dari seorang yang meminta-minta kepada orang-orang yang terkadang diberi dan kadang ditolak.” (HR. Mutafaq’alaih).
Agar seseorang – terlebih seorang Muslim – bisa menjaga ataupun meningkatkan etos kerjanya, ia harus bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Agama Islam senantiasa mengingatkan kepda pemeluknya untuk selalu memaksimalkan waktu sebaik-baiknya. Setiap waktu harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif ataupun aktifitas-aktifitas yang mampu mendekatkan diri kepada Allah. Waktu yang digunakan untuk bersantai-santai (kecuali untuk istirahat) ataupun waktu yang tidak digunakan untuk kegiatan sama sekali, akan menjadi celah bagi setan untuk mengganggu dan menggoda manusia. Godaan untuk tetap menikmati waktu santai, hingga godaan untuk melakukan perbuatan negatif/dilarang oleh agama.
Dalam surat al-‘Ashr (QS. 103: 1-3), Allah telah mengingatkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Penggunaan waktu yang dimaksud adalah menggunakan waktu untuk aktitas yang mampu menjaga dan meningkatkan kualitas keimanan, serta digunakan untuk perbuatan-perbuatan saleh. Sehingga, siapapun yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya akan menjadi orang yang merugi. Karena, waktu yang sudah terlewatkan tak akan pernah datang kembali.
Selain itu, waktu hidup di dunia sangatlah singkat. Waktu yang berjalan di dunia jauh lebih singkat dari pada waktu yang berlaku di akhirat. Perbandinganya, waktu 1.000 hari di dunia sama dengan waktu satu hari di akhirat. Dalam surat as-Sajadah (QS. 32:5), Allah swt. berfirman: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”.
Adapun, beberapa tips agar seorang Muslim bisa memaksimalkan waktu untuk senantiasa beribadah dan beramal saleh adalah:
1.             Niatkan ibadah dalam setiap bekerja. Menghadirkan Allah dalam setiap aktifitas adalah sebuah perbuatan yang sangat dianjurkan. Tentunya penyertaan Tuhan tidak hanya dengan bacaan basmalah belaka, namun lebih dari itu kehadiran-Nya harus benar-benar ditunjukan saat niatan bekerja akan dimulai. Sebagai ilustrasi, seorang pekerja yang sedang menjalankan tugasnya dibawah pengawasan supervisor, akan lebih serius dan optimal dalam bekerja. Ia akan menghindari sekecil apapun kesalahan, hal ini agar dia bisa mendapat penilaian yang positif dari supervisor. Begitu halnya ketika menyematkan niat ibadah dalam bekerja. Ia tidak hanya diawasi oleh supervisor, tapi Allah pun mengwawasinya. Seorang supervisor dengan segala sifat manusiawinya bisa saja dikelabuhi oleh seorang pekerja. Bisa saja luput dalam menjalankan fungsi pengawasan. Namun tidak bagi Allah. Ia lah Maha Mengetahui segala yang dilakukan oleh hamba-Nya, bahkan sejak ada di dalam benak hati. Ia Maha Melihat dan Ia Maha Mendengar. Oleh karena itu, dengan niatan ibadah dalam bekerja, seorang pekerja/pegawai bisa bekerja lebih semangat dan optimal.
2.             Merasa dalam situasi terdesak/terjepit. Tidak sedikit orang yang bekerja hanya karena situasi keterdesakan. Terdesak oleh waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang kian sempit. Terdesak oleh berbagai kebutuhan seperti tagihan, hutang, dan sebagainya. Bahkan, ada pula yang terdesak oleh usia yang kian berkurang. Posisi seperti ini bisa saja dikarenakan oleh beberapa hal. Persiapan yang terlampau lama, ataupun terjebak pada situasi nyaman sehingga mengabaikan persiapan lainya. Oleh karenanya, sebelum terdesak oleh waktu yang kian sesak, jadikan lah setiap kondisi menjadi situasi yang mendesak. Ketika seseorang sudah berada dalam posisi emergency, maka tidak ada alasan baginya untuk terus bergerak.
Menyisipkan niat ibadah dalam segala aktifitas tidak akan memunculkan sifat keterpaksaan dalam bekerja. Menyertakan Allah dalam setiap aktifitas tidak akan menjadikan seseorang berada dalam posisi tertekan dan terbebani. Justru, dengan meniatkan ibadah dalam bekerja seseorang bisa bekerja dengan lebih ikhlas dan tenang.
Allah memiliki sifat-sifat yang saling mengisi satu sama lain. Ketika Allah mengawasi, melihat, dan mendengar segala aktifitas hamba-Nya, hal tersebut bukan suatu bentuk penekanan. Karena Allah Maha Pencipta, Ia pun Menunjukan jalan bagi hamba-Nya. Maha Mengingatkan bagi yang tersesat dan Maha Mengampuni bagi yang berbuat kekhilafan. Dan yang pasti, Allah Maha Memberi Rezeki untuk hamba-Nya. Sifat Kesabaran Allah sangat besar dan luas. Semua itu semata-mata adalah bentuk kasih dan sayang Allah kepada hamba-Nya. Maka dari itu, tak selayaknya seseorang menyianyiakan sifat kesabaran Tuhan. Karena, usia seseorang bisa saja sudah habis di saat kesabaran Tuhan belum habis.
Ramadhan adalah bulan yang penuh makna. Sudah sepantasnya setiap orang mengisi makna-makna di bulan ramadhan dengan berbagai aktifitas yang positif. Setiap kegiatan di bulan Ramadhan yang dilakukan dengan dasar ketaatan akan menjadi sebuah pekerjaan dan ibadah yang tak ternilai maknanya. Dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, pekerjaan di bulan Ramadhan akan menjadi lebih produktif, sekalipun lapar dan dahaga menghadang.
Ada beberapa hikmah yang bisa didapatkan seorang Muslim yang tetap mempertahankan dan meningkatkan produktifitasnya selama berpuasa. Diantaranya adalah:
1.      Menanamkan sifat ­al-mujahadah. Al-mujahadah bermakna semangat. Salah satu sifat yang disukai oleh Nabi Muhammad saw. Karena, sifat al-mujahadah akan senantiasa memelihara rasa al-mutafa’ul (optimis). Segala kegiatan dan aktifitas akan berjalan dengan baik jika dilakukan dengan landasan jiwa yang optimistis.
2.      Memanfaatkan waktu dengan bijak. Allah telah mengingatkan hamba-Nya untuk selalu mengelola waktu dengan baik. Orang yang tidak memaksimalkan waktu dipastikan akan menjadi orang yang merugi. Karena, 1 hari di akhirat sama dengan 1.000 hari di dunia. Artinya bahwa kehidupan di dunia sangat lah singkat. Etos kerja dapat dipertahankan bahkan dikembangkan melaui pengelolaan waktu yang baik.
3.      Bekerja jadi lebih giat. Salah satu hal yang mampu menunjang pelaksanaan roda organisasi/instansi berjalan dengan baik adalah fungsi pengawasan. Jika pada bulan-bulan biasa di sebuah instansi/kantor hanya diawasi oleh tim pengawas, maka di bulan puasa, yang mana setiap Muslim belajar untuk meningkatkan kualitas ketakwaanya akan merasa mendapat pengawasan ganda. Selain diawasi oleh tim pengawas, para pekerja/karyawan akan merasa diawasi oleh Allah swt. Oleh karena itu, bekerja di bulan puasa dapat mengasah ketakwaan untuk mewujudkan sifat amanah dan disiplin dalam bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar